STRATEGI PENGUATAN KEUANGAN NEGARA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN RESESI GLOBAL 2023 MELALUI GREEN ECONOMY

 

STRATEGI PENGUATAN KEUANGAN NEGARA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN RESESI GLOBAL 2023 MELALUI GREEN ECONOMY

Resesi Global 2023 ini merupakan suatu keadaan produk domestik bruto menurun atau pertumbuhan ekonomi sebuah negara menjadi negatif dan mulai muncul pengangguran.  Pada Saat itu, Indonesia juga pernah mengalami resesi cukup besar dalam sejarah perekonomian yaitu pada tahun 1998 yang membuat perekonomian indonesia hancur. Disebabkan Melonjaknya sebuah harga, turunnya nilai rupiah, tingginya tingkat PHK membuat masyarakat indonesia pada saat itu sangat terpuruk. Kemudian pada saat ini, Volatilitas ekonomi global pada kuartal keempat tahun 2022 cukup tinggi. Lonjakan signifikan harga pada sektor pangan dan energi pun mulai terasa di dunia. Dan disebabkan oleh penurunan tingkat stok penyediaan bahan pangan dan energi global. Krisis pada pangan dan energi membuat negara-negara global sangat waspada akan tekanan inflasi dan juga resesi. Ada beberapa faktor pemicu resesi ekonomi global yang dikhawatirkan yaitu diantaranya yang pertama adalah Pandemi Covid-19, walaupun sudah mulai mereda situasinya dan banyak juga negara yang telah membebaskan warganya untuk beraktivitas seperti biasa. Namun pada saat meluasnya wabah penyakit Covid-19 pada awal tahun 2020 sampai dengan awal tahun ini, aktivitas ekonomi global menurun drastis. Setiap negara lebih fokus untuk menangani Covid-19 dan menerapkan pembatasan aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi seperti halnya tidak boleh keluar rumah. Dengan hal ini, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi secara global pun mengalami kontraksi. Kedua Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak bulan Februari lalu, telah menghilangkan PDB global hingga USD2,8 triliun. Perang Rusia- Ukraina mengganggu rantai pasok global sehingga menimbulkan krisis terutama di sektor pangan dan energi, yang pada akhirnya mengakselerasi laju inflasi. Ketiga, Tingginya tingkat inflasi. Keempat, Kenaikan suku bunga acuan.Indonesia sebagai bagian dari negara dunia sewajarnya sudah harus bersiap diri dalam menghadapi ancaman resesi 2023 mendatang. IMF berspekulasi bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 dan tahun 2023 mendatang masih akan dihantui oleh deselerasi global. Sebagai negara berkembang Indonesia diprediksi mengalami inflasi sebesar 9,5% dan akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,9%. Dengan adanya kejadian seperti ini, Indonesia harus mulai berhati-hati dalam menetapkan kebijakan ekonomi guna memperkecil dampak dari resesi global 2023. Potensi ancaman dari resesi tahun 2023 mendatang haruslah disikapi dengan bijak. Langkah antisipatif haruslah diambil agar kinerja perekonomian tetap terjaga. Walaupun perekonomian bangsa Indonesia sedang tumbuh positif dan masyarakat tidak boleh lengah akan resesi global 2023. Apabila realisasi resesi global benar muncul maka ekonomi bangsa indonesia juga akan terjerumus ke dalam jurang yang dalam dan Stabilitas perekonomian Indonesia saat ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. Akibat dari ketergantungan pada impor energi dan pangan ketika harga energi dan pangan melonjak tinggi mengakibatkan adanya tambahan beban pada APBN dan mengurangi daya beli masyarakat. Untuk mengimbangi inflasi negara maju menaikkan suku bunga acuan. Arus modal berpindah dari negara berkembang menuju negara maju yang lebih aman. Pembangunan Indonesia diproyeksikan terhambat. Oleh karena itu, bank sentral ikut menaikan suku bunga acuan agar inflasi dan daya beli masyarakat dapat terjaga dan diharapkan asing kembali berinvestasi ke dalam negeri. Terdapat solusi untuk menghadapi ancaman resesi global yaitu penerapan Green Economy. Green Economy menerapkan kebijakan, digitalisasi UMKM, Ketahanan Pangan, Penguatan Arsitektur Kesehatan Global dan juga Transisi Energi Berkelanjutan. Digitalisasi UMKM dan pemberian insentif pajak telah berlangsung. Sedangkan Penguatan Arsitektur Kesehatan Global dan Transisi Energi Berkelanjutan mulai terdapat perencanaan untuk penggarapan. Digitalisasi UMKM diterapkan dengan adanya Fintech berlandaskan Payment Gateway dan Digital Marketing. Ketahanan pangan dapat melalui kebijakan fiskal untuk pemberian insentif perpajakan bea masuk pupuk dan pajak hasil pertanian. Peningkatan arsitektur kesehatan global diwujudkan dengan melalui program fokus terhadap distribusi kebutuhan kesehatan publik, pembiayaan kesiagapan pandemi, dan tata kelola kesehatan global. Transisi energi berkelanjutan fokus pada akses, teknologi, pendanaan, penerapan pajak karbon, dan perencanaan penerapan karbon.

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang Di Blogspot HMJ S1 Perbankan Syariah

UPGRADING & RAKER HMJ S1 PERBANKAN SYARIAH 2025

DISKUSI KABEL PINTAR VOL 2