KESIAPAN BANK SYARIAH DALAM MENGHADAPI RESESI 2023



Kesiapan Bank Syariah dalam Menghadapi Resesi 2023


Kharisma Zahra Fauzia Walisongo State Islamic University kharismazf26@gmail.com


Abstrak: Pada tahun 2023 mengenai isu akan terjadinya resesi menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan dan tidak dapat diabaikan, terutama di sektor perbankan syariah. Perbankan yang merupakan tulang punggung perekonomian harus mampu bertahan dari kemungkinan terjadinya resesi. Maka dari itu perlu adanya tindakan untuk mencegah dan mengatasi ancaman terjadinya resesi. Kesiapan bank syariah sendiri dalam menhadapi resesi yang mungkin akan terjadi pada tahun 2023 menurut penulis akan sangat membutuhkan dukungan serta dorongan dari berbagai sektor. Dalam artikel ini penulis menggunakan metode kajian Pustaka yang penulis ambil dari berbagai referensi. Penulis berharap, dengan adanya isu terkini tentang kesiapan bank syariah dalam mengahadapi kemungkinan terjadinya resesi tahun 2023 ini, bisa menjadikan bertambahnya wawasan bagi pembaca.


Kata Kunci: Bank Syariah, Resesi



Pendahuluan

Resesi adalah gejala perekonomian yang mengalami berbagai masalah dan penurunan aktivitas ekonomi, dimulai dengan penurunan pekerjaan, pendapatan, manufaktur, dan aktivitas bisnis. Kondisi ini jelas mempengaruhi serta merembet ke banyak hal permasalahan lain seperti: penurunan investasi, tingkat komoditas dan produksi yang  ikut melemah hingga
muncul dampak pada diri individu yaitu masalah pengangguran terbuka. Hal ini juga menyebabkan turunnya tingkat konsumsi, kenaikan harga secara terus menerus atau inflasi, penurunan daya beli masyarakat, subsidi dan juga pendanaan pemerintah. Kondisi jangka panjang dari resesi ini dapat membuat depresi ekonomi suatu negara hingga merambat menjadi masalah ekonomi makro.
Resesi sendiri dapat diartikan sebagai kondisi dimana perekonomian negara mengalami penurunan berdasarkan dari PDB (Produk Domestik Bruto), jumlah pengangguran, maupun pertumbuhan ekonomi negara yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Resesi memiliki dampak langsung pada masyarakat, misalnya kenaikan harga bahan pokok, PHK (pemutusan hubungan kerja), kenaikan harga pasokan energi, dan naiknya angka pengangguran serta kemiskinan. Maka dari itu bank syariah sangat membutuhkan dukungan serta dorongan dari berbagai sektor guna mencegah dan mengatasi kemungkinan terjadinya resesi 2023 ini.


Hasil dan Pembahasan

“Resesi” menjadi kata yang dikhawatirkan semua negara di dunia. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksikan jika ekonomi dunia akan mengalami resesi pada tahun 2023 seiring dengan banyaknya bank sentral yang menaikkan suku bunga secara bersamaan sebagai respons terhadap inflasi. Inflasi adalah proses naiknya harga secara umum yang berlangsung secara terus-menerus yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, contohnya pandemi Covid-19 yang terjadi 2 tahun terakhir dan konflik Rusia-Ukraina yang terjadi beberapa waktu lalu. Keberhasilan bank syariah dalam menahan guncangan krisis kemarin di masa Covid-19 tidak bisa dilepaskan dari peran manajemen risiko di perbankan syariah. Selama periode Covid-19, muncul masalah yang tidak terduga, sehingga tidak akan berhasil tanpa kesiapan dari manajemen risiko untuk menghadapinya.
Manajemen risiko (risk management) dibutuhkan tidak hanya untuk ketidakpastian (uncertainty) tetapi juga untuk menghadapi gangguan (disruption). Antisipasi harus disiapkan menghadapi dampak Covid-19, ancaman resesi global, kenaikan harga secara terus menerus atau inflasi, serta risiko ketidakpastian dan gangguan dinamika geopolitik global seperti perang antara Rusia dan Ukraina. Sementara terkait risiko pembiayaan, hal ini mengacu pada bagaimana bank mampu mengelola risiko yang terkait dengan pembiayaan yang disalurkannya. Mengingat situasi wabah Covid-19, banyak nasabah yang mengalami macet atau bahkan gagal bayar akibat menurun drastisnya pendapatan, sehingga  nasabah lebih
mengutamakan keuangannya untuk hidupnya dibandingkan membayar cicilan kepada pihak bank. Hal Ini adalah masalah klasik, sehingga diperlukan antisipasi untuk mengatasi masalah ini. Melihat situasi pada saat Covid-19 Bank syariah menyiapkan manajemen risiko pada sektor pembiayaannya, dimana berdasarkan data OJK, sebagian besar pembiayaan bank syariah disalurkan ke berbagai sektor, termasuk sektor Bukan Lapangan Usaha (88,7 triliun). Pemilikan Peralatan Rumah Tangga lainnya (Rp. 55,8 triliun), sektor Lapangan Usaha (37,3 triliun) dan sektor industri (32,5 triliun). Strategi manajemen risiko ini diterapkan dengan penuh hati-hati dan perhitungan secara matang sehingga masyarakat mempercayai bank syariah untuk menyimpan dananya.
Direktur Utama BSI Henry Gunardi menyatakan ketika tahun 2023 saat semua negara dibayang-bayangi oleh resesi, Indonesia masih beruntung karena memiliki permintaan domestik yang kuat. Potensi ekonomi syariah di Indonesia dapat terus dioptimalkan dan bisa jadi nantinya dapat berperan sebagai tombak untuk menghadapi ancaman resesi 2023, melihat peningkatan aset yang dimiliki BUS dan UUS yang mencapai RP 680,09 triliun pada Mei 2022.
Penyebab Resesi

Resesi merupakan sebuah fenomena dimana PDB (Produk Domestik Bruto) riil menjadi negatif dalam jangka waktu dua kuartal berturut-turut, dengan kata lain resesi ini menyebabkansegala aktivitas ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi, investasi, dan aktivitas ekonomi lainnya mengalami kontraksi, hal tersebut tentunya berdampak buruk terhadap berbagai pihak, salah satunya dengan terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja). Lalu apa yangmenyebabkan terjadinya resesi?
1. Inflasi Tinggi

Menurut International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook Update July 2022, memproyeksi inflasi global. Tingkat inflasi di negara maju diproyeksikan mencapai angka 6,6%, sementara di negara berkembang inflasi diprediksi mencapai 9,5% pada tahun ini. Untuk mengatasi laju inflasi yang terus meningkat, beberapa negara mulai menarik insentif moneter dan fiskal.
2. Guncangan ekonomi yang terjadi secara tiba-tiba

Guncangan ekonomi yang tiba-tiba juga dapat memicu terjadinya resesi dan permasalahan ekonomi yang parah. Salah satunya contohnya adalah yang terjadi di masa pandemi covid-19, hal tersebut ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat akibat kesulitan keuangan.
3. Kenaikan Suku Bunga Acuan

Tekanan inflasi yang terjadi di negara Barat dan Amerika Serikat memaksa Bank Sentral untuk menaikkan suku bunga acuan sebagai upaya untuk menjaga inflasi agar tetap terkendali. Hal yang sama juga dilakukan oleh negara-negara anggota G20 seperti Brazil, India, termasuk Indonesia. Kenaikkan suku bunga acuan yang dilakukan bank sentral secara bersamaan di seluruh penjuru dunia ini, akan berdampak pada terjadinya resesi ekonomi.
4. Perang Rusia-Ukraina

Perang antara Rusia dan Ukraina merupakan penyebab utama resesi global yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023. Perang antara Rusia dan Ukraina ini telah mengganggu rantai pasokan global, sehingga menyebabkan krisis dan mempercepat inflasi, terutama di sektor pangan dan energi.
5. Penurunan Permintaan Global

Permintaan global mengalami penurunan mengakibatkan perusahaan-perusahaan di berbagai negara mulai mengurangi produksinya, hal tersebut menunjukkan terjadinya kelesuan ekonomi yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi global akan berkontraksi.
Dampak Resesi Untuk Indonesia

Ketika resesi mengancam suatu negara, banyak dampak yang akan terjadi baik dari segi ekonomi ataupun sosial masyarakat. Berikut merupakan kondisi yang dapat terjadi di Indonesia jika terjadi resesi.
1. Semakin melemahnya nilai tukar rupiah

Apabila terjadi resesi ekonomi mengakibatkan para investor akan menarik uangnya dari saham Indonesia maupun pasar obligasi, dan investor tersebut lebih memilih untuk beralih ke aset investasi lainnya yang lebih aman misalnya emas.
2. Permintaan ekspor Indonesia akan menurun

Apabila resesi ekonomi terjadi akan menyebabkan negara pengimpor barang dari Indonesia seperti Amerika Serikat nantinya akan membuat tekanan pada sisi permintaannya. Jika angka permintaan tersebut turun maka akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan yang dapat mengakibatkan terjadinya defisit dan pendapatan negara menjadi menurun.
3. Meningkatnya jumlah pengangguran
Dampak dari adanya resesi akan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia karena kondisi ekonomi yang buruk dapat mengancam para pekerja dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu, para pekerja juga kemungkinan akan menerima jumlah pemotongan gaji serta tunjangan.
4. Melemahnya daya beli masyarakat

Ekonomi yang semakin sulit pasti akan berakibat pada melemahnya daya beli masyarakat yang disebabkan karena mereka akan lebih selektif lagi saat menggunakan uangnya tersebut dengan lebih mementingkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
5. Meningkatnya tingkat suku bunga

Dampak yang terjadi dari resesi ekonomi yaitu adanya kenaikan tingkat suku bunga yang tajam. Bank Indonesia akan menyesuaikan tingkat suku bunga acuan.
Masyarakat umum dan pelaku usaha saat melakukan pinjaman akan naik serta bisa menjadi penghambat ekspansi usaha. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan pada pertumbuhan ekonomi 2022 dan 2023.
Pada tahun 2023 mengenai isu akan terjadinya resesi menjadi topik yang hangat yang tidak dapat diabaikan, terutama di sektor perbankan syariah. Perbankan yang merupakan tulang punggung perekonomian harus mampu bertahan dari kemungkinan terjadinya resesi. Ada beberapa hal yang dapat di lakukan untuk mempersiapkan dan mengantisipasi terjadinya resesi:
- Pertama, bank syariah harus dapat mengidentifikasi penyebab terjadinya resesi terhadap sektor riil, pertumbuhan ekonomi, kinerja debitur dan faktor lainnya yang mempengaruhi kesehatan perbankan syariah. Setelah itu, bank syariah juga harus membuat berbagai skenario tentang dampak resesi terhadap perekonomian dan efek samping terhadap kinerja perbankan syariah.
- Kedua, bank syariah harus memitigasi risiko kredit dan kecukupan likuiditas. Hal Ini dapat dilakukan dengan memahami sektor ekonomi dan nasabah pembiayaan terdampak beserta kinerjanya. Bank syariah juga harus mengaktifkan sistem peringatan dini dan menyusun skenario untuk merestrukturisasi dan menyelamatkan debitur.
- Ketiga, bank syariah harus melakukan stress test solvabilitas dan likuiditas. Oleh karena itu, bank syariah harus melakukan analisis skenario kebutuhan modal dan ketersediaan modal dalam rangka peningkatan risiko kredit. Oleh karena itu penting untuk mengidentifikasi gap likuiditas dan mengujii berbagai strategi tersebut.
- Keempat, bank syariah juga harus mengoptimalisasikan pengelolaan portofolio dengan mengidentifikasi portofolio yang rentan terpengaruh dan terdampak. Dalam hal ini, bank syariah juga harus mengoptimalkan alokasi modal dan ketersediaan likuiditas serta menerapkan berbagai skenario krisis.
Jika keempat strategi tersebut dapat dilakukan dan dilaksanakan dengan baik, maka dapat mengurangi dampak sektor perbankan syariah atau tidak terlalu berpengaruh terhadap resesi ekonomi pada tahun 2023. Pasalnya, Indonesia telah mengalami beberapa krisis selama pandemi. Hal ini tercermin dari peningkatan laba bersih Bank Syariah Indonesia.
Kontribusi Bank Syariah Dalam Resesi

Peran perbankan syariah sangat penting bagi perekonomian saat ini. Secara umum fungsi perbankan syariah sama dengan perbankan konvensional yaitu sebagai sektor keuangan perantara dan sektor riil. Sektor perbankan berperan dalam stabilitas dan tingkat pertumbuhan uang beredar dalam perekonomian. Kemampuan perbankan dalam mengelola dana publik dan menciptakan siklus bisnis yang sehat akan mendorong stabilitas sistem keuangan. Bisnis perbankan syariah mengalami pertumbuhan dilihat dari jumlah bank dan bank syariah yang terus meningkat. Kemampuan bank syariah untuk mengelola dana masyarakat danmenciptakan siklus bisnis yang sehat akan mendorong stabilitas sistem keuangan. Rupiah yangstabil, baik dalam arti inflasi sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. BI telah dan akan terus berperan aktif untuk mencapai tujuan mencapai dan menjaga kestabilan Rupiah melalui tiga kewenangan yang dimiliki yaitu pertama, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, kedua mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan ketiga mengatur dan mengawasi bank.
Kehadiran bank syariah sebagai alternative dapat memberikan warna baru pada sistem keuangan nasional dan internasional. Walaupun market shared perbankan syariah masih rendah dibandingkan bank konvensional, namun bank syariah berkembang pesat di Indonesia.
Perkembangan perbankan syariah yang cukup cepat tersebut dapat memberikan dampak negatif dan positif bagi kestabilan sistem keuangan nasional terutama terkait kepada harga (inflasi). Bank syariah dapat ikut serta menjaga kestabilan sistem keuangan domestik, jika peran intermediasi perbankan berdasarkan prinsip syariah dijalankan secara optimal.
Kesimpulan



Resesi dapat diartikan sebagai kondisi dimana perekonomian negara mengalami penurunan berdasarkan dari PDB (Produk Domestik Bruto), jumlah pengangguran, maupun pertumbuhan ekonomi negara yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Resesi memiliki dampak langsung pada masyarakat, misalnya kenaikan harga bahan pokok, PHK (pemutusan hubungan kerja), kenaikan harga pasokan energi, dan naiknya angka pengangguran serta kemiskinan.
Meski banyak yang mengatakan bahwa Indonesia memiliki kemungkinan untuk bertahan dari resesi 2023 namun bank syariah di Indonesia harus tetap waspada, tidak boleh lengah dan hati-hati dalam menghadapi resesi di tahun 2023 akibat perang dan pandemi yang masih berlangsung serta belum tahu kapan akan berakhir karena sesuatu bisa saja terjadi. Oleh karena itu, bank syariah di Indonesia harus terus melakukan manajemen risiko dan menganalisis perekonomian global agar tidak menyebabkan penurunan ekonomi serta pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk menyiapkan dana darurat dan tidak membelanjakan uang secara boros serta mencari penghasilan tambahan dan melakukan investasi.
Daftar Pustaka



Effendi, B. E. (2023). Kesiapan Bank Syariah dalam Menghadapi Resesi 2023. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(1), 637-645.
Safitri, N., Rosihin, H. N., Manzilla, J. P., & Khussaidah, M. Z. (2021). Strategi Manajemen Risiko Perbankan Syariah pada Masa Pandemi Covid-19. J. Acad, 1-21.
Arinda Gaby Trisilla. (2022). Perbankan Syariah, Solusi Hadapi Resesi 2023. kumparan.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang Di Blogspot HMJ S1 Perbankan Syariah

UPGRADING & RAKER HMJ S1 PERBANKAN SYARIAH 2025

DISKUSI KABEL PINTAR VOL 2